3 Alasan Kenapa Negara Thailand Tidak Pernah Dijajah

3 Alasan Kenapa Negara Thailand Tidak Pernah Dijajah - Thailand adalah satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah oleh bangsa lain. 

3 Alasan Kenapa Negara Thailand Tidak Pernah Dijajah

Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan, bagaimana Thailand bisa menghindari nasib yang dialami oleh negara-negara tetangganya, seperti Indonesia, Malaysia, Myanmar, Vietnam, Laos, dan Kamboja, yang pernah berada di bawah kekuasaan kolonial Inggris, Perancis, Belanda, atau Jepang?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu melihat sejarah Thailand, yang dahulu dikenal sebagai Kerajaan Siam, pada abad ke-19 dan awal abad ke-20. 

Pada masa itu, Thailand berada di antara wilayah kekuasaan dua negara imperialis besar, yaitu Inggris dan Perancis. Inggris menguasai Burma (sekarang Myanmar) dan Malaya (sekarang Malaysia), sedangkan Perancis menguasai Indochina (sekarang Vietnam, Laos, dan Kamboja). Kedua negara ini saling bersaing untuk memperluas pengaruh dan kepentingan mereka di Asia Tenggara.

3 Alasan Kenapa Negara Thailand Tidak Pernah Dijajah

Namun, Thailand berhasil menghindari penjajahan dengan melakukan tiga hal utama, yaitu strategi diplomasi, modernisasi, dan hasil bumi. 

Ketiga hal ini merupakan hasil dari kebijaksanaan dan keberanian dua raja Thailand yang berjasa besar dalam menjaga kemerdekaan dan kedaulatan negaranya, yaitu Raja Mongkut (Rama IV) dan Raja Chulalongkorn (Rama V). Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang tiga alasan kenapa Thailand tidak pernah dijajah.

Alasan pertama: Strategi Diplomasi

Salah satu kunci keberhasilan Thailand dalam menghindari penjajahan adalah strategi diplomasi yang dilakukan oleh Raja Mongkut dan Raja Chulalongkorn. 

Kedua raja ini menyadari bahwa untuk bertahan di tengah tekanan dan ancaman dari Inggris dan Perancis, mereka harus menjalin hubungan baik dengan negara-negara Barat, terutama dengan Inggris dan Perancis sendiri.

Raja Mongkut dan Raja Chulalongkorn melakukan berbagai upaya untuk membangun hubungan diplomatik dengan negara-negara Barat, seperti mengirimkan utusan, hadiah, dan surat, mengundang duta besar dan misionaris, dan menerima kunjungan dari raja-raja dan pejabat asing. 

Mereka juga belajar bahasa, agama, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan Barat, dan menunjukkan sikap terbuka, ramah, dan hormat kepada tamu-tamu mereka.

Selain itu, Raja Chulalongkorn juga memanfaatkan posisi Thailand sebagai buffer state atau negara penyangga antara Inggris dan Perancis. 

Ia menyadari bahwa kedua negara ini tidak ingin saling bertempur atau mengganggu keseimbangan kekuatan di Asia Tenggara. Oleh karena itu, ia berusaha menjaga status quo dan menghindari konflik dengan kedua negara ini.

Raja Chulalongkorn juga menandatangani perjanjian-perjanjian dengan Inggris dan Perancis untuk menetapkan batas-batas wilayah dan mengakui kedaulatan Thailand. 

Meskipun dalam prosesnya, Thailand harus melepaskan beberapa wilayahnya, seperti Laos, Kamboja, dan beberapa provinsi di Malaysia, tetapi hal ini dianggap sebagai pengorbanan yang layak untuk menjaga kemerdekaan dan integritas negara.

Alasan kedua: Modernisasi

Alasan kedua kenapa Thailand tidak pernah dijajah adalah modernisasi yang dilakukan oleh Raja Mongkut dan Raja Chulalongkorn. Kedua raja ini melakukan reformasi dan sentralisasi pemerintahan, hukum, pendidikan, dan militer untuk meningkatkan efisiensi, kesejahteraan, dan kekuatan negara.

Mereka juga mengadopsi teknologi dan kebudayaan Barat, seperti kereta api, telegraf, peta, bahasa, dan pakaian, untuk menunjukkan kemajuan dan kesetaraan dengan negara-negara Barat.

Reformasi dan sentralisasi pemerintahan yang dilakukan oleh Raja Mongkut dan Raja Chulalongkorn bertujuan untuk menggantikan sistem politik tradisional yang disebut mandala, yang bersifat longgar, fleksibel, dan hierarkis, dengan sistem politik modern yang bersifat kuat, stabil, dan terpusat. 

Mereka juga menghapuskan hak-hak istimewa dan kewajiban dari para bangsawan, gubernur, dan raja-raja bawahan, dan menggantinya dengan sistem birokrasi yang berdasarkan pada jabatan, pendidikan, dan gaji. 

Mereka juga mengadakan sensus dan pendaftaran penduduk untuk meningkatkan pengawasan dan pengumpulan pajak.

Reformasi dan sentralisasi hukum yang dilakukan oleh Raja Mongkut dan Raja Chulalongkorn bertujuan untuk menggantikan sistem hukum tradisional yang beragam, kompleks, dan tidak konsisten, dengan sistem hukum modern yang seragam, sederhana, dan adil. 

Mereka juga menghapuskan hukuman-hukuman yang kejam, seperti pemenggalan, pembakaran, atau penyiksaan, dan menggantinya dengan hukuman-hukuman yang lebih manusiawi, seperti penjara, denda, atau pengasingan. 

Mereka juga mengadakan pengadilan dan peradilan yang berdasarkan pada bukti, saksi, dan hakim yang profesional.

Reformasi dan sentralisasi pendidikan yang dilakukan oleh Raja Mongkut dan Raja Chulalongkorn bertujuan untuk menggantikan sistem pendidikan tradisional yang terbatas, elit, dan religius, dengan sistem pendidikan modern yang luas, egaliter, dan sekuler. 

Mereka juga menghapuskan sistem kelas dan kasta yang membedakan antara orang-orang bebas, budak, dan orang asing, dan menggantinya dengan sistem meritokrasi yang berdasarkan pada kemampuan, prestasi, dan bakat. 

Mereka juga mengadakan sekolah-sekolah dan universitas-universitas yang mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan, seni, dan bahasa, baik lokal maupun asing.

Reformasi dan sentralisasi militer yang dilakukan oleh Raja Mongkut dan Raja Chulalongkorn bertujuan untuk menggantikan sistem militer tradisional yang lemah, terpecah, dan tidak terlatih, dengan sistem militer modern yang kuat, terpadu, dan terlatih. 

Mereka juga menghapuskan sistem perekrutan yang berdasarkan pada kewajiban, loyalitas, atau kekerabatan, dan menggantinya dengan sistem sukarela, profesional, dan nasional. 

Mereka juga mengadakan angkatan darat, laut, dan udara yang dilengkapi dengan senjata, kendaraan, dan pesawat yang canggih dan mutakhir.

Adopsi teknologi dan kebudayaan Barat yang dilakukan oleh Raja Mongkut dan Raja Chulalongkorn bertujuan untuk menunjukkan kepada negara-negara Barat bahwa Thailand adalah negara yang maju dan setara dengan mereka, dan tidak perlu dijajah atau dikolonisasi. 

Mereka juga ingin memanfaatkan teknologi dan kebudayaan Barat untuk memperbaiki dan memperkaya kehidupan dan kebudayaan Thailand sendiri. 

Mereka tidak menolak atau mengabaikan teknologi dan kebudayaan lokal, tetapi justru mencoba menggabungkan dan menyesuaikan keduanya.

Alasan ketiga: Hasil bumi

Alasan ketiga kenapa Thailand tidak pernah dijajah adalah hasil bumi yang dimiliki oleh Thailand. Hasil bumi adalah sumber daya alam yang berasal dari tanah, air, atau udara, yang bisa digunakan untuk keperluan ekonomi, sosial, atau budaya. 

Hasil bumi Thailand memiliki tiga karakteristik, yaitu kurang menarik, unik dan bernilai, dan sakral dan simbolis.

Hasil bumi Thailand yang kurang menarik bagi negara-negara penjajah adalah tanah, iklim, dan sumber daya alam lainnya. 

Tanah Thailand kurang subur dan cocok untuk pertanian, karena sebagian besar terdiri dari dataran rendah, lembah sungai, dan pegunungan. Iklim Thailand panas dan lembab sepanjang tahun, karena berada di daerah tropis. 

Sumber daya alam lainnya, seperti emas, perak, tembaga, atau minyak, juga terbatas dan sulit diakses. Oleh karena itu, negara-negara penjajah tidak terlalu tertarik untuk menguasai dan mengeksploitasi hasil bumi Thailand.

Hasil bumi Thailand yang unik dan bernilai bagi negara-negara Barat adalah beras, karet, dan gading. Beras adalah makanan pokok bagi penduduk Thailand dan negara-negara Asia lainnya, yang memiliki populasi yang besar dan padat. Karet adalah bahan baku untuk industri-industri modern, seperti ban, karet gelang, atau karet damar. 

Gading adalah bahan mewah untuk perhiasan, ukiran, atau hiasan. Ketiga hasil bumi ini menjadi komoditas perdagangan yang menguntungkan bagi negara-negara Barat, yang membutuhkan pasokan dan permintaan yang tinggi. 

Oleh karena itu, negara-negara Barat lebih memilih untuk berdagang dan bekerja sama dengan Thailand, daripada menjajah dan mengganggu produksi dan distribusi hasil bumi ini.

Hasil bumi Thailand yang sakral dan simbolis bagi penduduk Thailand adalah gajah. Gajah adalah hewan nasional dan lambang kekuasaan dan kebudayaan Thailand. 

Gajah digunakan untuk berbagai keperluan, seperti transportasi, pekerjaan, perang, upacara, atau rekreasi. 

Gajah juga dihormati dan disayangi oleh penduduk Thailand, yang percaya bahwa gajah memiliki jiwa, kecerdasan, dan kebaikan. Oleh karena itu, penduduk Thailand akan melindungi dan mempertahankan gajah dan habitatnya dari segala bentuk ancaman atau gangguan, termasuk dari negara-negara penjajah.

Penutup

Dari penjelasan 3 Alasan Kenapa Negara Thailand Tidak Pernah Dijajah di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa Thailand tidak pernah dijajah karena kombinasi dari strategi diplomasi, modernisasi, dan hasil bumi yang dilakukan oleh para raja Thailand, terutama Raja Mongkut dan Raja Chulalongkorn. 

Ketiga hal ini membuat Thailand mampu menghadapi dan mengatasi tekanan dan ancaman dari negara-negara imperialis, seperti Inggris dan Perancis, yang ingin menguasai dan mengeksploitasi Asia Tenggara.

Baca juga

Tags :